PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
Multimedia pembelajaran berbasis web
merupakan perangkat lunak yang digunakan dalam aktivitas pembelajaran. Salah
satu referensi pengembangan perangkat lunak adalah pendapat pakar Software
Enginering yaitu Roger S. Pressman. Menurut Pressman (2002: 38),
rekayasa perangkat lunak mencakup tahap-tahap: analisis kebutuhan, desain,
pengkodean, pengujian, dan pemeliharaan.
Salah satu model pembelajaran berbasis web
dikembangkan oleh Davidson dan Karel L. Rasmussen (2006). Model yang
dikembangkan oleh Davidson dan Rasmussen tersebut meliputi tahap analisis,
desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.
Tahap analisis meliputi analisis masalah dan
analisis komponen pembelajaran. Tahap desain meliputi desain pembelajaran dan
desain software. Tahap pengembangan adalah merakit berbagai komponen desain
pembelajaran dan software menjadi sebuah program pembelajaran berbasis web.
Tahap implementasi terdiri dari implementasi sementara dan implementasi penuh.
Sedangkan tahap evaluasi dibedakan menajdi evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif.
Pengembangan desain pembelajaran untuk web
based learning dirancang sedemikian rupa agar proses
pembelajaran online tersebut dapat berjalan dengan efektif. Ada tiga elemen
pokok yang harus ada dalam desain model pembelajaran berbasis web, yaitu learning
tasks, learning resources, dan learning supports. Learning
tasks mencakup aktivitas, masalah, dan interaksi untuk melibatkan
peserta didik. Learning resources memuat konten, informasi dan
sumber-sumber yang dapat diakses oleh peserta didik. Learning supports terkait
dengan petunjuk belajar, motivasi, umpan balik, dan kemudahan akses bagi
peserta didik.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan
banyak sekolah atau lembaga pendidikan yang mulai
mengembangkan proses pembelajaran menggunakan e-learning, maka
banyak pula guru yang terdorong untuk mulai merancang dan mengembangkan proses
pembelajaran dengan memanfaatkan sistem pembelajaran online di
sekolahnya. Dipilihnya e-learning dalam pemecahan masalah yang
berhubungan dengan peningkatan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran
kimia karena dapat mempermudah interaksi antara peserta didik
dengan materi pelajaran, demikian juga interaksi antara peserta didik dengan
guru maupun antara sesama peserta didik baik dari segi situasi, kondisi, waktu
maupun tempat. Hal ini dikarekan pembelajaran dengan e-learning
ini tidak hanya dapat dilaksanakan di jam sekolah saja, tetapi bisa juga diluar
jam sekolah.
Pembelajaran elektronik atau
e-learning telah dimulai pada tahun 1970-an (Waller and Wilson, 2001). Berbagai
istilah digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran
elektronik, antara lain adalah: on-line learning, internet-enabled learning,
virtual learning, atau web-based learning.
Ada 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar
elektronik (e-learning), yaitu:
(a) kegiatan pembelajaran dilakukan melalui
pemanfaatan jaringan (“jaringan” dalam uraian ini dibatasi pada penggunaan
internet. Jaringan dapat saja mencakup LAN atau WAN). (Website eLearners.com),
(b) tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta
belajar, misalnya CD-ROM, atau bahan cetak, dan
(c) tersedianya dukungan
layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan
(Newsletter of ODLQC, 2001).
Di samping ketiga persyaratan tersebut di atas
masih dapat ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya:
(a) lembaga yang
menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-learning,
(b) sikap positif dari peserta
didik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet, (c)
rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap
peserta belajar,
(d) sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan
belajar peserta belajar, dan
(e) mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh
lembaga penyelenggara.
Dengan
demikian, secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa pembelajaran elektronik
(e-learning) merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan
(Internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitasi
serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya (Brown, 2000;
Feasey, 2001).
Manfaat pembelajaran elektronik menurut Bates (1995) dan Wulf
(1996) terdiri atas 4 hal, yaitu:
(1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik
dengan guru atau instruktur (enhance interactivity).
(2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan
kapan saja (time and place flexibility).
(3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to
reach a global audience).
(4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran
(easy updating of content as well as archivable capabilities).
Dengan demikian diharapkan penerapan e-learning di perguruan
tinggi dapat memberikan manfaat antara lain :
– Adanya peningkatan interaksi mahasiswa dengan sesamanya dan
dengan dosen
– Tersedianya sumber-sumber pembelajaran yang tidak terbatas
– E-learning yang dikembangkan secara benar akan efektif dalam
meningkatkan kualitas lulusan dan kualitas perguruan tinggi
– Terbentuknya komunitas pembelajar yang saling berinteraksi,
saling memberi dan menerima serta tidak terbatas dalam satu lokasi
– Meningkatkan kualitas dosen karena dimungkinkan menggali
informasi secara lebih luas dan bahkan tidak terbatas
Konsep
keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh perangkat teknologi
informasi, juga oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang
memadai. Perlu juga diperhatikan peranan dari para fasilitator, dosen, staf,
cara implementasi, cara mengadopsi teknologi baru, fasilitas, biaya, dan jadwal
kegitan (Natakusumah, 2002).
Secara konsep, dosen e-learning harus mempunyai kemampuan
pemahaman pada materi yang disampaikannya, memahami strategi e-learning yang
efektif, bertanggung jawab pada materi pelajaran, persiapan pelajaran,
pembuatan modul pelajaran, penyeleksian bahan penunjang, penyampaian materi
pelajaran yang efektif, penentuan interaksi mahasiswa, penyeleksian dan
pengevaluasian tugas secara elektronik. Studio pengajar perlu dikelola lebih
baik dari pada ruangan kelas biasa. Dosen harus dapat menggunakan peralatan,
antara lain menggunakan audio, video materials, dan jaringan komputer selama
pembelajaran berlangsung. Menurut Koswara (2006) kemampuan baru yang diperlukan
dosen untuk e-learning, antara lain perlu:
a. Mengerti tentang e-learning,
b. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa,
c. Mendesain dan mengembangkan materi kuliah yang interaktif
sesuai dengan perkembangan teknologi baru,
d. Mengadaptasi strategi mengajar untuk menyampaikan materi secara
elektronik,
e. Mengorganisir materi dalam format yang mudah untuk dipelajari,
f. Melakukan training dan praktek secara elektronik,
g. Terlibat dalam perencanaan, pengembangan, dan pengambilan
keputusan,
h. Mengevaluasi keberhasilan pembelajaran, attitude dan persepsi
para mahasiswanya.
Sementara itu untuk menghindari kegagalan e-learning,
program-program yang perlu dikembangkan berkaitan dengan kebutuhan pengguna
khususnya mahasiswa antara lain :
– Berkaitan dengan informasi tentang unit-unit terkait dengan
proses pembelajaran : tujuan dan sasaran, silabus, metode pengajaran, jadwal
kuliah, tugas, jadwal dosen, daftar referensi atau bahan bacaan dan kontak
pengajar
– Kemudahan akses ke sumber referensi : diktat dan catatan kuliah,
bahan presentasi, contoh uian yang lalu, FAQ (frequently ask question),
sumber-sumber referensi untuk pengerjaan tugas, situs-situs bermanfaat dan
artikel-artikel dalam jurnal online
– Komunikasi dalam kelas : forum diskusi online, mailing list
diskusi, papan pengumuman yang menyediakan informasi (perubahan jadwal kuliah,
informasi tugas dan batas waktu pengumpulannya
Soekartawi (2003) menyarankan beberapa tahap yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan model pembelajaran berbasis web. Tahap-tahap
tersebut meliputi: analisis kebutuhan, rancangan instruksional, pengembangan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Tahap awal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah
pembelajaran berbasis web memang dperlukan. Hal tersebut harus disesuaikan
dengan karakteristik dan kondisi lembaga pendidikan. Rancangan instruksional
meliputi aspek analisis konten, analisis peserta didik, dan analisis komponen
pembelajaran lainnya. Pengembangan e-learning merupakan proses produksi program
dengan mengintegrasikan berbagai software dan hardware yang
diperlukan. Pelaksanaan merupakan realisasi penggunaan program yang telah
dihasilkan dan menganalisis kelemahan-kelemahan yang terjadi. Evaluasi
diperlukan dalam bentuk beta test ataupun alfa test untuk menguji usabilitas
dan efektivitas program sebelum diimplementasikan secara formal.
Pengembangan model pembelajaran berbasis web perlu
memperhatikan komponen strategi pembelajaran. Komponen-komponen utama dari
strategi pembelajaran yang harus dirancang adalah: aktivitas awal pembelajaran,
penyajian materi, partisipasi peserta didik, penilaian, dan aktivitas tindak
lanjut.Aktivitas
awal pembelajaran berupa pemberian motivasi, menumbuhkan perhatian, menjelaskan
tujuan pembelajaran, dan menjelaskan kemampuan awal yang diperlukan. Penyajian
materi meliputi sajian bahan ajar dan contoh-contoh yang relevan. Partisipasi peserta didik dibangun dengan
adanya praktik atau latihan dan umpan balik. Penilaian dapat berupa tes
kemampuan awal, pretest, dan posttest. Aktivitas tindak
lanjut dilakukan untuk membantu mempertahankan daya ingat terhadap materi
pembelajaran.
Daftar Pustaka
Natakusumah, E.K. (2002); Teknologi
informasi pada pendidikan jarak jauh, Orasi Ilmiah pada
Wisuda STMIK Bandung,
12 Januari 2002, Grand Aquila Hotel, Nusantara Ball Room, Bandung
Koswara, E. 2005. Konsep
Pendidikan Tinggi Berbasis E-learning : Peluang dan Tantangan. Prosiding
Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia ITB, 3-4
Mei 2005
Soekartawi, 2003 . Meningkatkan Efektivitas
Mengajar.
Jakarta : Pustaka Jaya